
Dunia disebut tak hanya sedang mengalami krisis iklim, namun juga krisis kepercayaan.Krisis kepercayaan antar negara-negara di dunia ini menyebabkan kerja sama internasional semakin sulit tercipta.
Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bogat Widyatmoko menuturkan hal inilah yang menyebabkan kerjasama multilateralisme belakangan ini mengalami penurunan. Dia menyebut kondisi tersebut setidaknya sudah berjalan satu dekade ke belakang.
“Kita tahu bersama bahwa beberapa dekade ini skema atau kerjasama multilateralisme mengalami semacam penurunan atau yang kita namakan deficit of trust,” kata Bogat dalam media briefing di kantornya, Jakarta, dikutip Kamis, (29/8/2024).
Selain defisit kepercayaan, Bogat mengatakan global polycrisis juga tengah menjadi momok yang menghantui dunia. Global polycrisis, kata dia, ditandai dengan banyaknya ketegangan geopolitik yang membuat dunia semakin terkotak-kotak dan menurunkan kerjasama global.
“Kita ketahui bersama bahwasanya saat ini kita tengah menghadapi apa yang dinamakan dengan global polycrisis,” kata Bogat.
Global polycrisis adalah krisis yang terjadi ketika banyaknya efek negatif yang tercipta akibat permasalahan dari sisi ekonomi, keuangan, dan lingkungan di tingkat global. Berdasarkan artikel di World Economic Forum, The Global Polycrisis merupakan istilah yang dipopulerkan oleh sejarawan Adam Tooze yang merupakan profesor sejarah di Universitas Columbia, New York.
Bogat melanjutkan dunia yang makin terfragmentasi ini pada akhirnya membuat capaian pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal’s (SDG’s) meleset dari target. Sebab, untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan tersebut dibutuhkan kerjasama global yang erat. “Artinya semua di di seluruh dunia mengalami perlambatan dalam capaian SDG’s,” kata dia.
Dalam kondisi kerjasama global yang makin melemah inilah Indonesia berupaya untuk memperbaikinya dengan menjadi tuan rumah pertemuan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 di Bali pada 1-3 September 2024. Forum ini akan mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari unsur kepala negara, unsur pemerintah, pelaku ekonomi, akademisi hingga komunitas sipil dan lembaga filantropi untuk berembuk mencari solusi atas berbagai masalah yang tengah dihadapi global.
Sebagai tuan rumah, Indonesia mengangkat tiga fokus utama untuk dibahas. Isu pertama adalah Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation. Dalam hal ini, akan dibahas kemitraan lintas negara yang memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular guna menciptakan solusi bersama dalam menghadapi tantangan global.
Kedua, Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy. Topik ini akan merumuskan strategi kolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi yang berkelanjutan dengan menekankan pada pentingnya integrasi lingkungan dalam pembangunan ekonomi.
Ketiga, Advancing Development through Innovative Financing. Topik ini diangkat untuk mendorong pembangunan melalui pembiayaan yang inovatif, yang menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara efektif.