
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) merasakan dampak dari seretnya penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Anak perusahaan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) ini mencatat penurunan jumlah pembiayaan baru sepanjang semester I-2024.�
“Seiring dengan melesunya industri otomotif di sepanjang semester pertama 2024, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sedikit mengalami penurunan sebesar 2 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp20 triliun,” kata Dewa, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (9/8/2024).
Menurut Made, kendati jumlah penyaluran pembiayaan baru menurun, namun piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan, termasuk pembiayaan bersama, tetap mampu tumbuh.
Mengutip laporan keuangan, per 30 Juni 2024, piutang pembiayaan konsumen tumbuh 3,5% sepanjang tahun berjalan (ytd) menjadi Rp 56,5 triliun. Mobil menyumbang 47,4% di antaranya atau Rp 26,77 triliun. Lalu motor berkontribusi 34,5% atau Rp 19,48 triliun.
Sebagai informasi, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), rapor suplai mobil selama semester I 2024 terkoreksi. Penjualan wholesales sepanjang semester I mencapai 408.012 unit atau turun 19,5% yoy.
Sementara penjualan ritel hanya berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 431.987 unit atau turun sebesar 14% yoy.
Selain pembiayaan baru seret, laba ADMF juga terkikis oleh meningkatkan pembiayaan bermasalah. Adira mencatat laba periode berjalan hingga semester I tahun 2024 sebesar Rp 765,1 miliar, turun 6,5% yoy.
Mengutip laporan keuangannya, padahal total pendapatan perseroan naik hingga Juni 2024 menjadi Rp 5 triliun. Capaian tersebut naik sebesar 11,1% dibandingkan posisi yang sama tahun 2023 yang sebesar Rp 4,5 triliun.
Akan tetapi beban perusahaan meningkat 16,32% yoy menjadi Rp 4,04 triliun. Hal ini disebabkan oleh pemulihan kerugian penurunan nilai pembiayaan yang memburuk. Dengan demikian ADMF perlu menyisihkan Rp 909,13 miliar untuk pembiayaan konsumen, naik 40,64% yoy. Lalu pemulihan kerugian untuk pembiayaan murabahah naik 67,84% yoy menjadi Rp 256,66 miliar.
Alhasil laba sebelum pajak ADMF pun tertekan menjadi turun 8,01% yoy.
Sebagai informasi, pembiayaan konsumen ADMF didominasi oleh motor atau sebanyak 47,43% dari total pembiayaan konsumen. Kemudian mobil menyumbang 34,51% dan barang durable serta lainnya 18,06%.
Tercatat per 30 Juni 2024, pembiayaan konsumen yang berstatus lancar senilai Rp 43,22 triliun, turun 0,14% sepanjang tahun berjalan (ytd). Lalu pembiayaan yang masuk kategori dalam perhatian khusus naik 16,71% menjadi Rp 12,03 triliun.
Pembiayaan yang masuk kategori NPF, yakni kurang lancar naik 24,08% menjadi Rp 438,9 miliar dan diragukan naik 25,25% yoy menjadi Rp 759,58 miliar.