
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa masih ada selisih atau gap yang tinggi atau sekitar 7,4 Giga Watt (GW) untuk bisa memenuhi target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% di tahun 2025.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi pada saat rapat pimpinan bersama dengan Menteri ESDM yang baru yakni Bahlil Lahadalia, Selasa (20/8/2024).
“Saya sampaikan di awal tadi. Bahwa target bauran energi itu kan 23% sampai tahun depan. Tetapi ada gap capaian dari target dan realisasi itu ada gap 7,4 Giga Watt (GW) yang belum tercapai di RUPTL,” jelasnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (20/9/2024).
Eniya mengungkapkan, di samping bauran energi bersih yang harus ditingkatkan, Indonesia juga masih memiliki kewajiban untuk menaikkan porsi bauran energi non-EBT. “Karena masih ada Captive ya, 35 ribu MW itu. Bahkan sudah dilakukan moratorium. Tadi Pak Menteri juga bilang, saya sudah melakukan moratorium,” tambahnya.
Memang, jika bauran energi non EBT terus direalisasikan, maka target bauran EBT 2025 mendatang sulit untuk tercapai.
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada 2025 akan direvisi menjadi sekitar 17-19%. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan target sebelumnya yang ditetapkan sebesar 23%.
Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak mengatakan di dalam pembaharuan Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah menargetkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sekitar 17-19% pada 2025.
“Di dalam pembaharuan KEN nanti kalau sudah diketok, ini masih dalam proses harmonisasi. Kalau sudah diteken jadi 17-19% jadi bunyi nya range. Artinya KEN menuntun jalannya sesuai koridornya,” kata dia dalam Konferensi Pers Capaian Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 Dewan Energi Nasional (DEN), Rabu (17/1/2024).
Selanjutnya, pada tahun 2030 bauran energi primer EBT ditargetkan dapat mencapai 19-21%, lalu pada 2030 sekitar 25-26%, kemudian pada 2040 ditargetkan mencapai 38-41%, hingga pada 2060 mendatang sebesar 70-72%.
“Saya kira next 2060 itu adalah 70-72% EBT nya. kalau dulu yang lama PP KEN nomor 79 tahun 2014 itu adalah kita 2050 itu 70% nya justru fosil sekarang justru dibalik 70% adalah EBT bedanya begitu, fosil jadi 30%. Kalau dulu 30% EBT, 70% adalah fosil,” ujarnya.