Emiten perbankan yang tergabung ke dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) PT Bank Mandiri (Persero)Tbk (BMRI)mencatat kinerja yang solid hingga semester pertama 2024.
Bank Mandiri adalah salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan layanan finansial integrasi kepada nasabah yang meliputi segmen usaha Corporate, Commercial, Micro, Small and Medium Enterprise (SME), Consumer Banking, Treasury serta International Banking.Bank yang berdiri pada 1998 tersebut juga menjadi bank terbesar ketiga di Indonesia dari sisi kapitalisasi pasar.
Sebagai bank BUMN besar yang hadir di tengah-tengah masyarakat, tentunya kinerja Bank Mandiri terus meningkat.
Apalagi, bisnis utama perbankan sebagai lembaga keuangan intermediasi adalah menghimpun pendanaan dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit, sehingga kinerja yang cukup baik dapat membantu masyarakat terutama terkait tabungan atau kredit masyarakat.
Proporsi antara jumlah dana yang berhasil dihimpun dibandingkan dengan dana yang tersalur dalam bentuk kredit atau yang lebih dikenal dengan istilah umum Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi indikator likuiditas sebuah bank.
Mengacu pada laporan kinerja keuangan perseroan pada semester I-2024, realisasi penyaluran kredit mencapai Rp 1.532 triliun di paruh pertama 2024, tumbuh 20,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan tersebut melampaui rata-rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 12,36% (yoy) per Juni 2024 atau semester I-2024.
Faktor yang mendukung kinerja penyaluran kredit Bank Mandiri itu ialah konsistensi menjaga dua jenis segmentasi kredit mereka, yakniwholesaledanretail. Adapun, strategi pertumbuhan di segmenretaildilakukan dengan pendekatanecosystem approachserta melalui sektor unggulan di masing-masing wilayah.
Penyaluran kredit ke segmen korporasi menjadi kontributor terbesar, dengan realisasi mencapai Rp 561 triliun pada semester I-2024 meningkat 29,7% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 433 triliun.
Selain korporasi, segmen komersial mencatat peningkatan kredit sebesar 21,7% (yoy) menjadi Rp 262 triliun, sementara kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat 6,3% (yoy) mencapai Rp 127 triliun. Diikuti dengan laju kredit konsumer yang meningkat 9,02% (yoy) menjadi Rp 116 triliun.
Seiring dari penyaluran kredit yang baik, Bank Mandiri tetap konsisten menjaga kualitas aset dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.
Berbekal pengalaman Bank Mandiri selama puluhan tahun sebagai bank korporasi terbesar di Indonesia, dan transformasi panjang dalam bisnis proses Bank Mandiri terus mampu menjaga kualitas kredit.
Hal ini tercermin dari posisinon performing loan(NPL)bank onlyyang melandai ke level 1,01% per Juni 2024. Posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode Juni 2024 di level 1,53% atau telah turun sebesar 52 basis poin (bp).
Sementara dari sisifunding, total Dana Pihak Ketiga (DPK)BMRIhingga semester I-2024 tercatat mencapai Rp 1.651 triliun, tumbuh 15,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
PertumbuhanDPKBMRIdidorong oleh peningkatan dana murah sebesar 17,9% (yoy), yang ditopang oleh pertumbuhan giro sebesar 23% (yoy) menjadi Rp 612 triliun dan tabungan yang meningkat 13,4% (yoy) menjadi Rp 626 triliun.
Pertumbuhan tersebut pun turut mendorong komposisi rasio dana murah (CASARatio) terus meningkat mencapai 79,7% secarabank only, level tertinggi dalam sejarahBMRI. Pencapaian ini ikut berkontribusi menjaga biaya dana atau Cost of Fund (CoF)bank onlydi level yang rendah sebesar 2,08%.
Likuiditas Bank Mandiri juga masih terbilangamplejika dibandingkan dengan bank jumbo lain, terutama dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang cukup terjaga hingga semester I-2024.
Semakin tinggi LDR maka laba Bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut dapat menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga juga meningkat, demikian besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tingkat LDR BMRI juga makin meningkat.Artinya Bank Mandiri tidak hanya bermain aman saja, tetapi bersungguh-sungguh untuk menggenjot pertumbuhan kredit dari tahun ke tahun.
Selain itu, struktur pendapatan Bank Mandiri juga ditopang oleh basis komisi ataufee-based income. Di semester I-2024, pos ini secara konsolidasibank onlymencapai Rp 10,77 triliun, naik 14,37% (yoy).
Hal ini ditopang oleh naiknya nilai transaksi pada aplikasi Livin’ by Mandiri, di mana hingga Juni 2024 tercatat menembus lebih dari Rp 1.883 triliun, atau melonjak 25%yoy.
Aplikasi yang menghadirkan lebih dari 120 fiturbankingdanbeyond bankingtersebut memfasilitasi 1,8 miliar transaksi, sehingga menyumbangfee-based incomesenilai Rp 1,18 triliun, atau meningkat 26% (yoy).
Adapun transaksi QRIS pada aplikasi tersebut, yang kini dapat digunakan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura, meningkat 3,1 kali lipat
Sementara itu, transaksi valuta asing (valas) dan investasi meningkat masing-masing sebesar 4,5 kali lipat dan 2,7 kali lipat.
Selain itu, pihaknya mencatat bahwa hingga pertengahan tahun ini, aplikasi tersebut telah melayani sekitar 85% pembukaan rekening baru dan 98% transaksi non-tunai di sektorretail. Selain itu, 92% nasabahaddressabletelah menjadiregistered userdiLivin’ by Mandiri.
Di satu sisi ini bagus, tetapi di sisi lain struktur pendapatan sedemikian rupa juga harus diwaspadai apalagi Bank Indonesia (BI) terus mendorong implementasi BI-Fast yang membuatfeemenjadi lebih rendah. Artinya, sebagai bank, untuk mengkompensasifeeyang lebih rendah harus dilakukan dengan mendorong volume transaksi.
Prospek Bank Mandiri
Sejalan dengan kinerja yang masih cukup baik di semester I-2024, prospek Bank Mandiri baik dari kinerja maupun dari saham setidaknya pada semester II-2024 tampaknya masih cukup menarik.
Apalagi, dengan besarnya potensi pemangkasan suku bunga bank sentral ke depan. Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada September mendatang. Bank Indonesia pun mengindikasikan adanya pemotongan suku bunga pada kuartal IV-2024.
Dengan suku bunga yang rendah maka penyaluran kredit diharapkan semakin semakin lancar, karena tingkat bunga kredit yang semakin terjangkau dapat membuat masyarakat kembali tertarik untuk mengambil kembali kredit perbankan.